Kamis, 29 Oktober 2009

METODE PEMBELAJARAN "MENYENANGKAN"

zwani.com
Menyenangkan lhooo

Saat memulai pembelajaran saya selalu melakukan pre-test dengan mengajukan pertanyaan yg sudah sya siapkan, dan saya tayangkan lewat LCD. Bagi siswa yang mampu menjawab dengan benar pasti saya sanjung. Oleh karena siswa senang saya sanjung, maka kadang ada siswa yang berusaha menjawab beberapa pertanyaan yang ada dengan minta bantuan temannya yang dipandang pandai. Cara mereka dengan melempar temannya dengan segumpal kertas, dia menanyakan jawaban supaya dapat menjawab dan dapat sanjungan dari saya. Dengan fakta seperti itu maka terpikir oleh saya untuk membuat kebiasaan siswa melempar kertas tadi menjadi suatu metode yang menyenangkan yaitu menjadi metode SNOWBALL TRHOWING
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
  3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
  4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
  5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
  6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
  7. Evaluasi
  8. Penutup

REKONTRUKSI PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

zwani.com
Belajar yuk

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan demikian pesatnya pada era globalisasinya, sehingga jarak dan waktu menjadi sempit, dampak dari tersebut perkembangan dan perubahan sosial demikian pesat dan tak terbendung lagi. Kompetisi terbuka antar wilayah di bumi demikian tinggi sehingga untuk menghadapi hal tersebut diperlukan sumber daya manusia indonesia yang berkualitas yang mampu berkompetisi di dunia internasional maupun regional, jika tidak maka kemungkinan kita akan menjadi penonton di rumah sendiri. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu menjawab persoalan – persoalan yang dihadapinya dan mampu mengaktualisasikan perannya dengan menggunakan kompetensi yang dimilikinya. Dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, pendidikan merupakan salah satu pilar penting.
Pembelajaran konvensional selama ini masih sering dijumpai, dimana dalam proses pembelajaran lebih berpusat pada guru dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang semacam ini menyebabkan kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar di kelas. Mereka sering kali mempraktekkan ‘multiple D’ yaitu datang, duduk, dengar, diam, dongkol dan dengkur. Siswa sering merasa terpaksa datang dan menghabiskan waktunya dikelas. Apalagi guru masih terbiasa untuk menjadikan siswanya pendengar yang baik, karena guru masih memiliki filosofi pembelajaran yang berpusat pada guru dan masih yakin bahwa satu-satunya cara mengajar dengan cepat untuk mengejar target kurikulum adalah dengan menggunakan metode ceramah yang sesekali diselingidengan tanya jawab.Oleh karena itu teori tentang Quantum learning & Quatum teaching diperlukan sebagai landasan dalam merekontruksi ulang PBM selama ini.

1. Quantum Learning
Keberhasilan proses belajar yang dialami oleh seseorang, tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik yang berasal dari luar diri individu maupun yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan. Faktor yang berasal dari dalam diri individu berupa: motivasi, partisipasi, konfirmasi, pengulangan, dan aplikasi. Adapun yang berasal dari luar diri individu dapat berasal dari bahan ajar, pengajar, ataupun lingkungan tempat dia belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu yang belajar, erat kaitannya dengan struktur otak yang dimilikinya. Berdasarkan belahannya, otak manusia terdiri dari belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Otak kanan memiliki karakteristik dalam cara berfikir logis, sekuensial, linier, dan rasional. Adapun otak kiri memiliki karakteristik dalam berfikir yang acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Agar dalam proses belajar terjadi keseimbangan, harus diupayakan kerja otak kanan dan otak kiri seimbang.
Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Oleh karena itu, belajar dalam konsep quantum learning adalah memberdayakan seluruh potensi yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan.
Quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas”. Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru”. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi.
Pola yang dikembangkan tersebut, maka dalam setiap individu diharapkan muncul sikap tanggung jawab terhadap diri, sehingga akan terus belajar dan berupaya menggali sesuatu yang baru dan menggunakannya. Kemampuan dalam menyerap informasi selanjutnya dikenal dengan istilah modalitas belajar. Adapun kemampuan dalam mengatur dan mengolah informasi dikenal dengan istilah dominasi otak.
DePorter (2002) mengelompokkan modalitas seseorang menjadi tiga kelompok yaitu visual, auditorial, dan kinestesik. Dalam proses belajar modalitas tersebut dapat dibantu dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan media, yakni media pembelajaran. Seseorang yang bertanggung jawab terhadap dirinya, akan benar-benar menyadari terhadap modalitas, khususnya modalitas belajar yang dimilikinya.
Komponen modalitas secara teoretis mengandung aspek-aspek seperti yang dikemukakan Gardner (1992) mencakup berbagai cara dilakukan dalam membelajarkan diri, mencakup: (1) verbal/linguistik, (2) logical/mathematical, (3) visual/spatial, (4) body/kinesetik, (5) musical/rhythmic, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan ( naturalistik.

2. Quantum Teaching
Mengajar merupakan salah satu tugas seseorang yang menyandang predikat sebagai pengajar. Ada empat kemampuan yang perlu dimiliki seorang pengajar yaitu kemampuan dalam mendiagnosis tingkah laku siswa, melaksanakan proses pembelajaran, menguasai bahan ajar, dan melakukan evaluasi hasil belajar.
Mengajar pada hakekatnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan oleh pengajar dalam rangka menciptkan proses belajar pada pembelajar. Dengan demikian, mengajar merupakan upaya guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, termasuk dengan guru, alat pelajaran dan lain sebagainya. Melalui proses interaksi tersebut, diharapkan pada diri peserta didik terjadi proses yang dikenal dengan nama proses belajar (Nasution, 1982).
Dalam konsep di atas, tersirat bahwa peran pengajar adalah pemimpin dan fasilitator belajar. Dengan demikian, mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran, tetapi suatu proses dalam upaya membelajarkan peserta pembelajar. Mengingat sasaran utama dalam proses pembelajaran adalah terjadinya proses belajar, maka komponen-komponen pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, terutama modalitas yang dimilikinya.
Quantum teaching, merupakan konsep yang dikembangkan tentang mengajar ini didasarkan pada asas utama, yaitu “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan bawalah dunia kita ke dunia mereka”. Selain itu, dikembangkan juga lima prinsip dasar, yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dikerjakan layak juga dihargai (DePorter, 2002). Model yang dikembangkan terdiri dari dua komponen yaitu konteks yang memiliki empat aspek (suasana, landasan, lingkungan, dan rancangan) dan isi yang mencakup presentasi. Kerangka rancangan belajarnya adalah tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan (TANDUR).

ARTI PENTING BELAJAR SEJARAH


Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat memahami sejarahnya sendiri, karena tanpa memahami sejarah bangsanya maka bangsa tersebut akan menjadi kerdil, sehingga tidak dapat maju dan menjadi besar.Oleh karena itu, pemahaman dan kesadaran sejarah perlu mendapat perhatian serius dalam kehidupan beermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Presiden RI pertama Ir. Soekarno pernah mengungkapkan sebuah pesan kepada generasi muda, yaitu " Jas Merah" yang artinya jangan sekali-sekali melupakan sejarah.
Dengan belajar sejarah maka suatu bangsa dapat mengenal bagaimana bangsanya terdahulu, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dikehidupan dimasa kini dan masa yang akan datang.Kejayaan dan keterpurukan suatu bangsa dimasa lalu akan dapat diketahui, sehingga dapat menimbulkan spirit bagaimana dapat meraih kejayaan itu lagi dan bagaimana usaha bangsa tersebut supaya tidak terpuruk untuk yang kedua kalinya.
Menurut Sir John Sceley , belajar sejarah dapat membuat orang menjadi bijaksana.Sedangkan Nugroho Noto Susanto berpendapat sejarah mempunyai kegunaan :
  • Guna Edukatif, yaitu sejarah dapat memberi kearifan dan kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya, karena semangat yang sebenarnya dari kepentingan mempelajari sejarah adalah nilai kemasakinian. Sehingga sejarah dapat untuk memotivasi bagi usaha untuk memecahkan masalah-masalah saat ini dan untuk memprediksikan masa yang akan datang.
  • Guna Instruktif, yaitu sejarah dapat memberikan penjelasan mengenai keterampilan / pengetahuan.
  • Guna Inspiratif, peristiwa-peristiwa sejarah dapat memberikan ilham untuk mendapatkan ide-ide / konsep yang dapat berguna dalam pemecahan masalah masa kini.
  • Guna rekreatif, sejarah pada dasarnya merupakan suatu karya seni, sehingga dapat memberikan kesenangan bagi yang mempelajarinya.